"Capek
ya, Mas?" Lissa tersenyum, sembari menyeka keringatku dengan tissu yang
diraihnya dari atas meja di sebelah ranjang. Aku tersenyum. Kuusap
rambutnya yang terawat, panjang sebahu. lalu ku kecup keningnya.
"Makasih
ya, sayang." ucapku sambil memandang lekat wajahnya yang ayu. Lissa
menarik dua sudut bibirnya yang sexy. Tak bosan aku melumatnya tadi.
"Mau lagi?" Lissa menawarkan lagi sesuatu yang aku sebut surga dunia. Sepertinya ia tau, aku menyukainya.
"Tidur dulu ya. Nanti saja lanjut lagi." jawabku. Lissa mengangguk.
*****
Aku
terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit.
Aku berlari keluar dari kamar. Mengejar sesosok tubuh lelaki berpakaian
hitam yang buru-buru kabur setelah melihat aku terbangun. Tadi sempat ku
lihat kedua tangan lelaki itu mencekik leher Lissa.
"Hey, jangan lari!" teriakku.
Gedubrak! Lelaki itu tersungkur setelah kakinya tersandung kursi di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar Lissa.
Buk!
Buk! Aku memberinya pukulan bertubi di bagian belakang kepala dan
punggungnya sebelum ia sempat bangkit. Lalu kubalikkan badannya.
"Siapa kamu?" aku bertanya geram.
"Ayo jawab!" tanganku bersiap meninjunya jika ia tetap bungkam.
"Aku pembunuh bayaran. Istrimu memintaku membunuh perempuan itu." Aku sedikit tersentak mendengar pengakuannya. Sampai akhirnya sebuah tamparan mendarat di pipiku.
"Mas! Sadar, Mas. Apa-apan kamu mencekik dan memukuliku?" tamparan dan omelan Lissa membangunkan aku dari mimpi buruk.
Tidak ada komentar
Sila berkomentar untuk meninggalkan jejak, supaya memudahkan saya juga untuk kunjungan balik. Cheers!