Ruangan ini, menghadirkan rindu dimana aku masih hanya gadis kecilmu.
Di kursi yang aku duduki saat ini. Sambil menahan perih dan sesal yang mungkin akan terbawa sampai aku mati.
Dulu,
disini kau selalu mengawasiku. Sambil merajut bunga-bunga untuk
pajangan di atas meja dari benang wool warna-warni. Atau sambil membaca
buku-buku kesukaanmu. Atau hanya diam memperhatikanku dengan senyum yang
terus mengembang di wajahmu.
Aku bertumbuh. Kau tetap sama. Memperlakukan aku selalu seperti hanya gadis kecilmu.
"Tetaplah disini, di dekat ibu." Begitu katamu setiap hari.
Ingin
ku sampaikan jerit hatiku, Ibu. Lepaskan jerat yang kau sebut kasih
sayang ini. Aku ingin seperti yang lain. Mencicipi indah dunia, bukan
hanya dalam kotak berdinding, dan kau sediakan sebentuk jendela kaca
untukku mengintip seperti apa kehidupan di luar sana yang katamu penuh
bahaya.
Sepi.
Ada sepi yang tak pernah terusir oleh peluk dan kecupmu setiap hari.
Sepi yang tak mau pergi meski setiap hari kau ciptakan suasana hangat
dari ketulusan kasih sayang ibu dalam ruangan ini.
Maka
diam-diam aku pergi memuaskan rasa ingin tahuku, demi mengusir sepi
yang selama ini mengisi hati. Sebuah keputusan yang kemudian harus aku
sesali sepanjang usiaku.
Ibu,
kini aku pulang. Dengan membawa takdir hidup seperti engkau dulu.
Sekarang aku tau, mengapa tak pernah kau ijinkan aku menghilang
sedikitpun dari pengawasanmu. Dan mengapa tak pernah kau kenalkan sosok
ayah padaku.
Maka haruskah aku kelak mengikuti caramu dalam mendidik cucumu yang kini ada dalam rahimku?
Tidak ada komentar
Sila berkomentar untuk meninggalkan jejak, supaya memudahkan saya juga untuk kunjungan balik. Cheers!