"Bagaimana aku bisa menghancurkan desa itu?"
"Kau harus. Ini perintah!"
Sore yang penuh kecamuk rasa bagi Nick. Setelah semua usahanya tak mampu lagi melawan sesuatu yang disebut perintah.
Tanpa
menjawab kalimat terakhir dari si penguasa yang telah menitahkan tugas
berat itu, Nick melangkah gontai. Meninggalkan ruangan yang selalu mampu
melemahkan kekuatannya.
"Aku mengerti perasaanmu, Nick. Maaf."
Suara
yang tadinya keras itu melemah. Sejenak menghentikan langkah Nick yang
sudah sampai di pintu keluar ruangan itu. Tanpa menjawab atau pun
menoleh, Nick membuka pintu lalu keluar dan mempercepat langkah.
Di
luar, hari mulai senja. Nick mengurungkan niatnya untuk pulang. Dia
lalu berjalan menuju desa kecil yang amat dicintainya. Nick berhenti di
gerbang desa yang terbuat dari kayu. Dilihatnya putih yang menutupi
seluruh permukaan tanah. Beberapa juga tersangkut di dahan dan daun
pohon cemara, serta menutupi sebagian atap-atap rumah. Salju.
"Prajurit
tak boleh cengeng!" Nick teringat kata-kata ibunya. Semasa kecil,
kalimat itu yang selalu ia terima setiap kali menangis karena kalah
dengan teman-temannya dalam perang bola salju. Berkelebatan semua
kenangan Nick di desa penuh konflik itu. Bagaimana ia sekuat tenaga
menjaga benteng perangnya agar tidak dihancurkan teman-temannya yang
memenangkan perang. Dan betapa lembutnya ibu menguatkan Nick dengan
kata-kata itu, memeluk, lalu memberi soup hangat buatannya.
Tiba-tiba
kakinya melemah. Nick jatuh berlutut. Tak peduli lagi pada pesan
ibunya. Nick menangis. Berteriak memecah kebisuan. Mengutuk dirinya
sendiri.
"Aku tak bergunaaaa...!!!"
Tapi desa kecil berselimut salju itu sudah kosong. Tak ada yang bisa mendengar teriakannya.
*****
"Kau sudah siap, Nickhun?"
"Ya." Nick menjawab datar.
"Apa yang akan kau lakukan setelah tugas ini selesai?"
"Aku terfikir untuk pulang ke negaraku."
"Mewujudkan keinginan ibumu untuk jadi prajurit perang?"
"Mungkin."
"Baiklah.
Sesekali kau datanglah kesini nanti. Akan dibangun waterboom di atas
lahan yang setelah 10 tahun kau sulap menjadi snow world ini. Saya
yakin, Genting Highland Park ini akan kembali ramai."
"Ya,
nanti aku akan datang sesekali. Jika perang antara negaraku dan Korea
Utara tak pecah, dan hanya jika aku tak mati dalam perang."
Nick tersenyum kecut, lalu menjalankan mesin alat beratnya dan mulai menghancurkan desa buatannya.
*****
Panjang kata: 337MFF Prompt Challenge #14: setting desa berselimut salju.
Ide
datang begitu saja tadi pagi habis solat subuh, belom bagus kalo
dibanding para Flash fiksioners yang lain, tapi saya sangat menghargai
diri saya yang sudah bisa bikin cerita ini. mihihihi :D
Tidak ada komentar
Sila berkomentar untuk meninggalkan jejak, supaya memudahkan saya juga untuk kunjungan balik. Cheers!